“Petani tidak bisa berdiri sendiri, harus bersinergi dan bekerjasama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi dan pelaku usaha.” – Hal ini disampaikan Sriyanto, Kepala Karantina Uji Standar (BBUSKP) dalam arahannya sekaligus membuka kegiatan Koordinasi dan Sosialisasi Sinergitas Karantina, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Pelaku Usaha dan Petani dalam Mendukung Peningkatan Ekspor Komoditas Pertanian dan Pangan Unggulan pada Kamis, 27 Juli 2023 di Aula Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Subang.
Hadir sebagai narasumber dari Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, Dinas Pertanian Kabupaten Subang, serta perwakilan salah satu petani asal Subang, dan dihadiri kurang lebih 100 peserta yang berasal dari Karantina Pertanian Bandung, Dinas Pertanian Kabupaten Subang, petani buah-buahan dan sayuran, serta penyuluh pertanian Kabupaten Subang.
Kegiatan ini sebagai bentuk komitmen BBUSKP sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Pertanian dalam mengawal ekspor komoditas pertanian, serta sebagai upaya bersama mendorong akselerasi ekspor komoditas pertanian unggulan, khususnya dari wilayah Subang, Jawa Barat. “Tujuan kegiatan ini adalah menjalin jejaring kerjasama, bagaimana meningkatkan produksi dan produktifitas pertanian melalui serangkaian regulasi dan kebijakan, riset serta berbagi pengetahuan sehingga bisa aplikatif bagi petani,” ujar Sriyanto.
Subang dikenal sebagai lumbung padi dan penghasil beragam produk hortikultura yang layak untuk diekspor. Komoditas unggulan Subang antara lain nenas, mangga, manggis, durian, alpukat, jahe, kopi, rambutan, tebu, cabe, bawang merah, dan cengkeh. “Sudah ada ekspor kopi, jahe dan nenas walaupun masih melalui KADIN. Harapan kedepannya ekspor bisa dilakukan langsung oleh petani Subang. Harus mempersiapkan sumberdaya, petani harus punya kemauan dan inovatif, harus punya lifetime education. Pelajari persyaratan dan prosedur agar layak ekspor,” jelas Nenden Setiawati saat memberikan kata sambutan selamat datang. Nenden juga menyampaikan nanas unggulan Subang, telah dipromosikan ke Jepang, dan telah mengajukan proposal kerjasama Sister City Subang 2024.
Pemenuhan ekspor komoditas hortikultura harus memenuhi keinginan dan persyaratan negara tujuan ekspor. Harus memperhatikan kondisi global terkini, yaitu menerapkan persyaratan phytosanitary treatment, pest free area (PFA)/pest free places of production (PFPP/pest free production site (PFPS), meningkatkan persyaratan keamanan pangan sehingga komoditas aman dan layak konsumsi, meningkatkan persyaratan ketertelusuran kesehatan produk, dan meningkatkan persyaratan kualitas/mutu produk. “Ketertelusuran menjadi poin utama, pemeriksaan kesehatan produk mulai dari hulu sampai hilir dengan menerapkan traceability system agar komoditas ekspor dapat diterima negara tujuan,” tegas Maman, Koordinator Kelompok Karantina Tumbuhan Non Benih, Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati saat memberikan paparan mengenai regulasi dan prosedur ekspor komoditas pertanian dan pangan Indonesia.
Sementara Nursuhud, Lektor Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Bandung menyampaikan mengenai pengembangan budidaya, sains produksi tanaman, dan teknologi produksi. Menurut Nursuhud, ada empat metode sinergitas yang harus dilakukan petani yaitu: Mengenal, Memahami, Melayani dan Mengendalikan. Petani juga dihimbau untuk selalu memperbaharui paradigma produksi tanaman dan mengembangkan metodologi riset agar produksi berkembang.
Dalam kegiatan ini, Tono Primansyah, Petani Talas Pratama asal Subang berbagi pengalaman mengenai kesuksesannya melakukan ekspor, serta bagaimana memperoleh permodalan, pembinaan dan kelayakan usaha. Tono juga menekankan pentingnya membangun fundamental pertanian. Mewakili para petani Subang, Tono berharap kegiatan ini tidak hanya bersifat koordinasi dan sosialisasi, tapi ditindaklanjut dengan kegiatan yang lebih bersifat implementatif sehingga dapat memperlancar dan menciptakan peluang ekspor bagi petani.
Ditemui selepas kegiatan, Sriyanto menegaskan keberterimaan produk oleh konsumen merupakan hal utama, untuk itu diperlukan jaring komunikasi antara petani dan pelaku usaha, juga Pemda. “Dengan bersinergi antara pemerintah, pemda, perguruan tinggi, pelaku usaha dan petani, kedepannya tidak hanya peningkatan produksi dan produktifitas, tapi juga meningkatkan kualitas dan keberterimaan produk di luar negeri,” ujar Sriyanto. Sementara, Nenden, menyampaikan apresiasi kepada BBUSKP atas diselenggarakannya kegiatan, dan berharap output kegiatan adalah para petani Subang kedepannya bisa menjadi eksportir. Nenden juga berharap agar Barantan dapat terus memberikan bimbingan kepada petani Subang agar komoditi pertanian Subang dapat memenuhi persyaratan ekspor.
#LaporKarantina
#KarantinaPertanianUjiStandar