Jakarta (19/09) – Seluruh jajaran pegawai Karantina Pertanian Uji Standar kembali mengikuti Apel Senin Pagi yang secara rutin diselenggarakan secara daring oleh Kementerian Pertanian (Kementan). Apel pagi kali ini dipimpin oleh Heru Tri Widarto, Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian. Heru selaku Pembina Apel, menyampaikan bahwa dunia sedang diterpa oleh fenomena yang disebut sebagai “3 C”, yang secara beruntun berimplikasi pada munculnya krisis pangan global, yaitu: Covid-19 pandemic, Climate change, dan Conflict geopolitics Russia-Ukraine. Ketiga fenomena tersebut mempengaruhi produksi di beberapa negara penghasil tanaman utama, naiknya harga bahan pangan, dan menghambat rantai pasok bahan makanan.
“Sektor pertanian Indonesia saat ini dihadapkan pada ancaman dampak perubahan iklim yang terjadi secara global. Hal ini ditandai dengan adanya kekeringan ekstrim di beberapa tempat, dan curah hujan yang tinggi yang berdampak buruk pada hilangnya produksi tanaman. Ketahanan pangan nasional terpengaruh jika sistem pertanian Indonesia tidak dipersiapkan dengan baik. Berkurangnya produksi akan mengakibatkan harga pangan menjadi lebih mahal, dan akhirnya berdampak pada akses keterjangkauan dan pemanfaatan pangan,” ujar Heru.Heru menambahkan bahwa Menteri Pertanian mengarahkan seluruh Unit Eselon I Lingkup Kementan dan Kepala Daerah agar memperhatikan program yang berkaitan dengan pangan baik Program Ketahanan Pangan maupun Kemandirian Pangan, serta mengaktifkan Lumbung Cadangan Pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan paling tidak untuk selama 2 (dua) tahun.
Kementerian Pertanian telah merumuskan strategi baru dalam mendukung ketahanan pangan dan peningkatan daya saing berkelanjutan, yang terdiri dari: (i) peningkatan kapasitas produksi melalui perluasan area tanam baru; (ii) diversifikasi pangan lokal berbasis kearifan lokal yang fokus pada satu komoditas utama dan pemanfaatan pangan lokal secara masif; (iii) penguatan cadangan dan sistem logistik pangan melalui penguatan cadangan beras pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan pengembangan LPM dan LPN berbasis desa; (iv) pengembangan pertanian modern melalui pengembangan smart farming, green house, food estate, korporasi petani, dan petanin milenial, serta Gerakan Tiga Kali Ekspor melalui peningkatan volume ekspor, menambah ragam komoditas ekspor, dan memperluas mitra dag luar negeri, serta mendorong pertumbuhan eksportir baru.Saat ini Kementan juga telah menyiapkan program Pengembangan Satu Juta Hektar Pangan dan Pertanian sebagai salah satu upaya menghadapi krisis pangan global, yang terdiri dari: (i) Sub Sektor Tanaman Pangan seluas 650.000 hektar untuk jagung, kedelai, sorgum, ubi kayu dan porang; (ii) Sub Sektor Hortikultura seluas 100.000 hektar untuk cabe dan bawang merah; (iii) Sub Sektor Peternakan untuk kambing/domba, sapi, itik/bebek, ayam petelur; dan (iv) Sub Sektor Perkebunan untuk sagu, stefia, kelapa, dan aren.Diakhir amanatnya, Heru mengingatkan agar semua jajaran ASN lingkup Kementan harus memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan pertanian dengan bersama-sama menggali potensi yang dapat menghasilkan devisa, dan mendorong kemandiriin pangan lokal, mendorong dan membangun kelembagaan petani untuk mewujudkan korporasi petani sehingga perekonomian Indonesia semakin kuat menghadapi krisis pangan global.